Sunday, February 14, 2016

PRAHARA RANTING SENJA DIKOLAM RAKSASA BENDUNGAN WADUK JATIGEDE




Lima bulan sudah berlalu sejak diresmikan Menteri Pu-Pera dan Gubernur Jawa Barat, kini bendungan waduk jatigede sudah menjadi sebuah lautan sekaligus telah menenggelamkan beberada desa mulai dari desa Sukakersa, Pakualam, Cipaku, Cibogo dan Padajaya. Bahkan akses jalan yang menghubungkan antara kota kecamatan Darmaraja dan wado hanya dengan hitungan hari saja akan segera tertutup air.
Jelas sudah, melihat fenomena tersebut sungguh menyayat hati. Pasalnya Dampak Sosial bagi para warga korban genangan waduk jatigede belum juga tuntas. Sementara pemukiman yang sudah disiapkan di tanah kas Desa belum juga rampung, tentunya ini merupakan sebuah persoalan yang luar biasa untuk kita sikapi bersama.


Namun entah apa dan bagaimana peran pemerintah baik dari tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat dalam penanganan dampak sosial tersebut. Padahal sejak dulu pemerintah selalu meneriakan dengan lantang untuk mensejahterakan rakyatnya, akan tetapi apa hendak dikata kini rakyat yang terkena pembangunan waduk jatigede harus gugur sebagai korban.
Menyikapi hal tersebut, menurut ketua umum Perkumpulan, Perlindungan Warga OTD Jatigede ( PPWJ ) A. Bagas Kusumah saat dimintai komentarnya mengatakan, " Hanya bisa tersenyum saja bagi saya, manakala persoalan dalam dampak sosial yang saat ini bisa kita lihat bersama.
Ribuan rakyat korban pembangunan waduk jatigede tak jelas dalam menentukan nasibnya, baik dalam hal pemukiman maupun dalam hal pemulihan perekonomian dimasa yang akan datang. Sementara peran pemerintah kabupaten Sumedang yang jelas-jelas punya warga dan terotorialnya tak banyak berkata, tentunya bingung dalam langkah untuk menentukan nasib rakyatnya....tragis tentunya.
Lebih jauh menurut "Bagas" nama keseharianya, " Tentunya fihak Kabupaten Sumedang jangan malu malu kucing atau berasa gengsi dalam hal menentukan nasib rakyatnya sendiri. Coba lihat bersama bagaimana nasib mereka ditempat relokasi sungguh memprihatinkan, selain sarana pemukiman,fasilitas jalan,sarana ibadah, pembangunan gedung sekolah.dan pemulihan perekonomian.
Semua belum nampak dan sifatnya kumuh, justru ini akan menjadi persoalan luar biasa manakala tidak segera dituntaskan sekaligus akan mencengangkan dunia internasional.Tentunya kita semua tidak sepakat apabila itu benar-benar terjadi dan dikembalikan kepada para pelaku pemerintahan itu sendiri," ujarnya.
Ditempat terpisah, menurut salah satu budayawan lokal asal desa Cipaku Ki.Darmawan menyikapi soal Situs dan makam sejarah yang tergenang bendungan waduk jatigede mengatakan, " ada 48 situs dan makam yang tergenang bendungan waduk jatigede, dan ada juga yang sudah ditata kembali ada juga yang ditenggelamkan begitu saja tanpa ada keputusan yang jelas.
Padahal situs dan makam yang ditenggelamkan justru punya nilai sejarah tersendiri sebagai cikal bakal kerajaan sumedang tepatnya kerajaan tembong agung yaitu eyang Adji putih, Resi Agung dan Ratu Inten Dewi Nawang wulan, makam dan situs itu kini semua tenggelam. Sehingga akhirnya sejarah sumedang kini tinggal sebuah kenangan dan hanya bisa dilihat dengan balon berwarna merah yang menghiasi air sebuah bendungan, bahkan balon yang terapung itu akan dijadikan arena main bola para tuyul,tandasnya.
Jelas dan tak ayal lagi, ternyata berbicara masalah sebuah bendungan waduk jatigede masih menyimpan berbagai persoalan yang tentunya harus segera dituntaskan, agar mereka para warga korban pembangunan waduk jatigede kelak dimasa-masa mendatang tidak menjadi gelandangan di daerah-nya sendiri, akan tetapi harus menjadi pelaku untuk meningkatkan PAD sehingga Kabupaten Sumedang tidak menjadi celotehan kabupaten lainnya dinegeri ini.


pemred,TIOW ENJOY'D







0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes