Spiritual adalah cinta pertama gue. Sebelum mengenalnya, seperti kebanyakan anak kecil suka membuat deretan cita-cita Spiritual masuk di dalam deretan cita-citaku. Dulu, Aku masih belum mengenal kata Spiritual, yang aku tahu adalah menjadi dukun atau menjadi pengobat atau menjadi tabib. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata cita-citaku itu bagian di dalam bidang spiritual dan aku semakin jatuh cinta padanya. Lebaynya kayak gini, Aku. jatuh cinta padanya bahkan sebelum aku mengenalnya. Asyik kan ? Hehehehe
Aku semakin jatuh cinta pada Spiritual semenjak Allah mempertemukan aku dengan banyak kesempatan untuk berkecimpung di dalamnya, meski belum terlalu dalam. Saat SMA dan pesantren, Aku mulai sangat menikmati dunia kespiritualan yang diburu-buru, didatangi oleh banyak orang, dan di bawah tekanan untuk segera memulai memotivasi banyak orang. Intinya sama, Aku menikmati bekerja di bawah tekanan. You know why? Karena engga tau kenapa, para ide menawan itu selalu datang mepet, Pada spiritual, semakin Aku mengenalnya, semakin jatuh hati padanya. Ibarat cinta pertama. The first time you are wondering "is this love? whatever! I love you." and all you wanna do is being around your first love for it's the first time you know that you're falling in love.
However, life. It goes on. And, God. You can't predict what God have for you. Sama seperti manusia pada umumnya, semakin bertambah usia, Aku bertemu dengan banyak hal baru, orang-orang baru, juga pengalaman-pengalaman baru. In this case, imagine that you just break up with your first love, but because that's the first love, who can win to forget it ? Lalu, Aku mulai mengenal bidang lain yang ternyata tidak kalah menarik dengan spiritual yg sesungguhnya, meskipun Spiritual masih terbayang dan jejaknya berbekas di benak Aku. Asyikkk. Bidang itu adalah pendidikan keagamaan.
Untuk bidang yang satu ini, Aku engga pernah memasukkannya di deretan cita-cita ababilku. Tapi, kalau kalian tau istilah "cinta karena terbiasa", I think that's what's happening between education and I. Secara Aku terjerembab di Pesantren / Pendidikan ke agamaan , dimana Aku lebih menyukai pelajaran sastra Islam dan kitab kitab kuning seperti sapinah, jurmiyyah,bidayatul hidayah, Aku mulai sedikit demi sedikit mengenal dunia pendidikan ke Agamaan . Segala teori pendidikan yang sebagian besar Aku lupa (tanpa sengaja), Aku lahap di bangku Pesantren. Sebagian tercerna dengan baik, sebagian lagi tersendat, karena saat itu Aku memang kurang minat berkutat di dalamnya. Namun, apa yang sudah dimulai harus diselesaikan, bukan ? It's like you find a cute foe and unexpectedly fall in love with him. Aku pun mulai menyukainya.
Perjalanan cintaku pada pendidikan tidak berhenti pada "pencekokan" materi-materi keagamaan, tapi terlebih pada sebuah fakta yang terdengar seperti jerit tangis di telingaku. Fakta dimana pendidikan Agama di Indonesia ini masih memprihatinkan. Aku engga menyoroti bagian dalamnya Pendidikan, bahkan bagian permukaan pendidikan Indonesia masih memprihatinkan. Kualitas dan fasilitas pendidikan Agama yang belum merata di berbagai pelosok Indonesia, kemiskinan yang berdampak pada banyak anak terpaksa tidak bisa sekolah bahkan beberapa jika ditanya lebih memilih "bekerja" ketimbang sekolah, belum lagi kemerosotan moral anak-anak sekolah di beberapa tempat, dan lain-lain. That's knocking my heart, that's calling me. Lalu, melihat semua itu, apa Aku harus pura-pura gak lihat? mendengar semua itu, apa Aku harus pura-pura engga denger? I found that education is my vision, my true love. Does it sound bullsh*t? Everyone may judge, but I don't care, I love it, my true love. Are you wondering what I have done for it? Well, I say, not yet, hmm... or in processing.
Aku yang saat itu seperti bayi yang baru terlahir di dunia bekerja pun masih bingung menentukan langkah. Dan, dengan berani (ukuran aku), memilih bekerja di dunia pendidikan keagamaan bermodal cita-cita di Pesantren untuk memberi sumbangsih pada dunia pendidikan Indonesia, tapi entah apa rencana Allah, it isn't that easy to be a teacher and I think I wanna give up. Meskipun demikian, setiap kesempatan yang Aku temui Aku yakini bukanlah kebetulan, paling tidak menjadi pembelajaran.
Sempat Aku berpikir mimpiku di dunia pendidikan terlalu tinggi hingga Aku menyederhanakannya dengan mendidik setiap anak yang Allah percayakan padaku dengan baik dan mengenalkan mereka pada Allah sejak dini. Dan, ternyata itu pun tidak sesederhana kelihatannya. Namun, I keep setting it 5 cm afar from my forehead, so I keep trying my best with God's help to do it. Sampai sekarang, Aku masih berharap dan berdoa bisa menuntaskan, apabila terlalu mustahil, ikut ambil bagian untuk mendidik anak-anak yang belum bersekolah karena tidak ada pilihan. maka dgn itu walau aku memberanikan diri membuka pendidikan dgn ala pesantrenan yg kapasitas tempat belajarnya sedikit tetep aku akan berjuang terus mejadi sosok spiritual yg bisa membantu orang banyak walau harus berawal pd penanaman anak anak yg masih kecil,....maka terbentuklah pesantren KABANDUNGAN, buah hasil dari SPIRITUALku,......
penulis TIOW ENJOY'D
0 comments:
Post a Comment