Tuesday, August 16, 2016

SUMEDANG GELAR FESTIVAL KUDA RENGGONG SE-JAWA BARAT TAHUN 2016



Sumedang,Kabandungan Online
Inilah bentuk kesenian tradisional khas Sunda yang merupakan paduan seni musik, igel (tari), dan hewan peliharaan. Dengan kuda yang dilatih oleh ahlinya, kesenian Kuda Renggong sudah menjadi bagian dari masyarakat Sunda. Di Tatar Jawa Barat, Kuda Renggong bisa kita lihat saat acara hajatan budak sunat. Anak yang disunat biasanya diarah dengan menggunakan kuda yang dihias dan sang kuda berjalan sambil menari mengikuti irama musik di belakangnya.

Kesenian khas Sunda ini sejatinya menyimpan potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu atraksi hiburan bagi wisatawan. Dan itulah yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumedang dengan mengadakan Festival Seni Kuda Renggong Se-Jawa Barat 2016. Kegiatan ini diselenggarakan di Lapangan Pacuan Kuda Sindangraja (Dano), Sumedang utara, Kabupaten Sumedang pada Minggu 14 Agustus 2016.

Festival Seni Kuda Renggong se-Jawa Barat 2016 diselenggarakan oleh Paguyuban Kuda Renggong Kabupaten Sumedang (Paskures) serta Pordasi Jabar. Penyelenggaraan kesenian Kuda Renggong sebagai upaya pelestarian dan pemeliharaan kesenian tradisional kuda renggong.Sebanyak 25 grup Seni Kuda renggong dari 5 kabupaten/kota di Jawa Barat yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Subang, Majalengka, dan Sumedang mengikuti Festival Kuda Renggong tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2016. Acara yang dibuka langsung Bupati Sumedang, H. Eka Setiawan.

Pembukaan diawali dengan penampilan Seni Tanji anak-anak dari SDN Cigintung yang diikuti oleh Helaran (defile) dari semua peserta festival. Prosesi pembukaan diisi oleh penampilan tari dari Sanggar Seni Karina Maung Lugay dengan diiringi oleh musik Tanji.

Sesuai dengan kategori penilaian festival, masing-masing grup terdiri atas 1 ekor Kuda Renggong Balaster, 1 ekor Kuda Renggong Sandel, 1 ekor Kuda Renggong Silat (Pencak), 1 kelompok musik tanji, dan 1 kelomok penari. “Piala, piagam dan uang pembinaanakan akan diberikan kepada Juara I, II, dan III di setiap kategori yang dilombakan,” tuturnya.

Jumlah peserta dari tiap kabupaten/kota berdasarkan hasil seleksi dari tiap kecamatan yang mempunyai grup Seni Kuda Renggong. “Peserta yang tidak membawa grup musik pengiring bisa menggunakan grup musik yang telah disediakan oleh panitia,” ujarnya Eka.

Dikatakan, juri festival sebanyak 3 orang yang terdiri atas unsur Disparpora Kabupaten Sumedang, STSI Bandung, dan seniman Kuda Renggong. “Kriteria penilaian untuk Kuda Renggong meliputi gerak tari, sistem pengendalian, dan harmonisasi. Untuk Kuda Pencak meliputi keterampilan atau taraksi kuda, sistem pengendalian, dan harmonisasi. Untuk grup musik pengiring meliputi keseragaman pakaian, harmonisasi, refleksi, dan kreativitas. Sedangkan untuk penari meliputi Wiraga, Wirahma, dan Wirasa,” terangnya.

Ketua Pordasi Jawa Barat Agus Welianto yang hadir dalam acara tersebut menyampaikan bahwa kegiatan tersebut juga dimaksudkan sebagai sosialiasi PON XIX Jabar yang akan digelar beberapa minggu lagi. “Kita mennargetkan 8 medali emas pada PON nanti melalui Cabor berkuda. Kuda-kuda yang digunakan oleh kontingen Jabar sebagian besar dari Sumedang,” tuturnya.

Ia juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Sumedang agar dapat meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di Pacuan Kuda Sumedang sebagai pusat pembinaan para atlet dan seniman kuda Sumedang.

Dengan digelarnya festival tersebut, ia mengharapkan agar hak cipta Seni Kuda Renggong dapat tetap dipertahankan dan tidak diklaim oleh bangsa lain. “Festival ini rutin diagendakan tiap tahun di Sumedang dengan harapan Seni Kuda Renggong tetap lestari dan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri,” ucapnya.

Hal yang sama disampaikan oleh Kepala Disparbud Jawa Barat Ny. Ida Hernida yang berpesan agar Seni Kuda Renggong tetap dipertahankan sebagai seni warisan leluhur bernilai tinggi. “Saya titip agar Seni Kuda Renggong ini jangan sampai direbut oleh negara lain,” katanya.

Untuk itu, ia berjanji akan terus mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut dari segi anggaran. “Saya akan sampaikan kepada Gubernur agar kegiatan ini terus berlangsung tiap tahunnya. Saya juga minta kepada Pak Agus Welianto yang duduk di DPRD agar turut mensupportnya,” ujarnya.

Bupati menyampaikan ucapan selamat dan penghargaannya kepada para peserta festival khususnya yang datang dari luar Sumedang. “Meskipun Kuda Renggong tumbuh dan berkembang di Sumedang, namun Alhamdulillah telah berkembang luas di beberapa daerah lainnya di Jawa Barat. Mudah-mudahan tahun depan ada kabupaten lain yang ikut bergabung lagi,” ucapnya.

Selain dengan tetap melakukan pembinaan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada, Bupati juga berpesan agar seluruh seniman dan penggiat Seni Kuda Renggong dapat terus menjaga kelestarian tersebut. “Saya menyampaikan terima kasih kepada tokoh, seniman, dan budayawan yang terus memberikan perhatiannya terhadap kesenian asli Sumedang ini. Semoga dapat terus mempertahankannya,” imbuhnya.

Sejak Mei 2015, kesenian tradisional Kuda Renggong ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional berasal dari Jawa Barat. Penetapan ini dikuatkan dengan pemberian sertifikat penetapan bernomor 1539908 dari perwakilan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada acara Festival Seni Kuda Renggong se-Kabupaten Sumedang.


SEJARAH KESENIAN KUDA RENGGONG

Nama Kuda Renggong tak dapat dilepaskan dari Sumedang. Dilansir dari http://uun-halimah.blogspot.co.id, kesenian Kuda Renggong atau yang dahulu biasa disebut kuda igel karena bisa ngigel (menari) ini konon tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang.

Sekitar tahun 1880-an, ada seorang anak laki-laki bernama Sipan yang mempunyai kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang bernama si Cengek dan si Dengkek. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa kuda juga dapat dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diinginkan oleh manusia.

Selanjutnya, ia pun mulai melatih si Cengek dan si Dengkek untuk melakukan gerakan-gerakan seperti: lari melintang (adean), gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi (beger), gerak langkah pendek namun cepat (torolong), melangkah cepat (derep atau jogrog), gerakan kaki seperti setengah berlari (anjing minggat), dan gerak kaki depan cepat dan serempak (congklang) seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh kuda pacu.

Cara yang digunakan untuk melatih kuda agar mau melakukan gerakan-gerakan tersebut adalah dengan memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari belakang agar mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Latihan dilakukan selama tiga bulan berturut-turut hingga kuda menjadi terbiasa dan setiap mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya.

Melihat keberhasilan Sipan dalam melatih kuda-kudanya ‘ngarenggong’ membuat Pangeran Aria Surya Atmadja yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Sumedang menjadi tertarik dan memerintahkannya untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dan, dari melatih kuda-kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja inilah akhirnya Sipan dikenal sebagai pencipta kesenian kuda renggong.


Red : Topan Purnama

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes